Megawati Soekarnoputri
AMANAT 1 JUNI IBU MEGAWATI SOEKARNOPUTRI
Saudara-saudara sebangsa dan setanah air.
Pada 1 Juni 1945 Bung Karno mengumandangkan sebuah pidato maha penting di depan sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pidato yang kemudian dirumuskan dalam alinea 4 Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan nilai-nilai Pancasila yang digali Bung Karno dari persada Indonesia.
Pidato ini maha penting bagi kita sebagai bangsa karena dua alasan mendasar:
pertama, Pancasila telah menjadi norma fundamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa, serta hasrat yang sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung Indonesia Merdeka yang kekal dan abadi. Dasar yang diperlukan sebagai syarat agar kita bisa mengklaim diri sebagai sebuah negara merdeka.
Dalam kedudukan yang demikian, Pancasila telah menjadi roh yang membimbing arah perjuangan mencapai Indonesia yang merdeka dan berdaulat penuh. Tapi lebih dari itu, Pancasila telah menjadi bintang penuntun bagi bangsa ini dalam mengarungi masa depan yang masih jauh membentang di hadapan berlapis-lapis generasi yang akan datang.
ya sendiri.
Namun dalam beberapa dekade usaha mengisi kemerdekaan kita menyaksikan, di satu sisi Pancasila telah dipisahkan keterkaitannya dengan penggalinya, dikaburkan pengertian-pengertiannya, diselewengkan, dan akhirnya secara perlahan-lahan ditinggalkan dalam prakteknya. Di sisi lain, keteguhan kita sebagai kekuatan Pancasilais dalam memperjuangkan Pancasila agar menjadi ideologi yang hidup, mengalami perapuhan.
Untuk itu saudara-saudara, dalam rangka memperingati hari lahirnya Pancasila saya amanatkan kepada semua pejuang-pejuang Pancasilais:
Pertama, satukan hati, pikiran, ucapan dan tindakanmu ke dalam satu tarikan nafas perjuangan mewujudkan Pancasila. Jangan pernah biarkan tindakanmu mengkhianati ucapanmu. Jangan pernah biarkan ucapanmu mengkhianati pikiranmu. Dan jangan pernah biarkan pikiranmu mengkhianati hati nuranimu. Di dalam kesatuan dan keteguhan hati, pikiran, ucapan dan tindakanmu Pancasila akan menampakan kewibawaaannya.
Kedua, jadikanlah gotong royong sebagai intisari Pancasila menjadi cara pikirmu, menjadi cara tuturmu, dan menjadi cara kerjamu dimanapun dan kapanpun. Jangan pernah lelah untuk berpikir dan bertindak secara gotong royong. Hanya dengan cara itu, Pancasila akan menjadi ideologi dinamis yang hidup dan berdialektika di tengah-tengah bangsa yang bhineka ini.
Ketiga, sebagai bangsa yang sedang menjadi – a nation in the making – ingatlah akan pesan Bung Karno, “Jikalau bangsa Indonesia ingin supaya Pancasila yang saya usulkan itu, menjadi satu realiteit, yakni jikalau kita ingin hidup menjadi satu bangsa, satu nationaliteit yang merdeka, ingin hidup sebagai anggota dunia yang merdeka, yang penuh dengan perikemanusiaan, ingin hidup di atas dasar permusyawaratan, ingin hidup sempurna dengan sociale rechtvaardigheid, ingin hidup dengan sejahtera dan aman – janganlah lupa akan syarat untuk menyelenggarakannya, ialah perjuangan, perjuangan, dan sekali lagi perjuangan...”.
Karenanya, berjuang, berjuang dan sekali lagi berjuang di jalan ideologi Pancasila 1 Juni 1945 harus menjadi elan hidup setiap pejuang pancasilais. Hanya dengan cara itu, kita dapat mencapai tujuan masyarakat adil dan makmur sesuai cita-cita didirikannya Negara Proklamasi 17 Agustus 1945.
Terima kasih.
Merdeka!
Kedua, Pancasila sekaligus telah berfungsi sebagai alat efektif yang mempertautkan bangsa yang bhinneka ini ke dalam keikaan yang kokoh. Pancasila telah menjadi magnet yang memberikan alasan bagi kita untuk menerima kemajemukan sebagai anugrah. Sebuah fungsi instrumentalistik yang efektif dalam menghindarkan bangsa ini dari kemungkinan terjadi sengketa ideologis berkepanjangan yang bagi cukup banyak bangsa baru telah memakan korban anak-anakny
Golkar dan PDI-P Tolak Tarif Listrik Dinaikkan Lagi
"Kami dari Fraksi Partai Gollkar jelas menolak. Baru saja dinaikkan, masak, sudah ada niatan menaikkan lagi?" ujar Ketua Badan Anggaran DPR Melchias Markus Mengkeng kepada Tempo di Gedung DPR, sore ini (19/8).
Menurut dia, munculnya rencana menaikkan TDL yang dalam dua tahun anggaran berturut-turut adalah bentuk ketidakprofesionalan pemerintah. "Ini berarti manajemen kelistrikan kita tidak firm," tegas dia.
Anggota Badan Anggaran DPR dari Fraksi PDI-P Maruarar Sirait senada dengan Melchias. Dia menolak rencana pemerintah tersebut karena menganggap akan mempersulit masyarakat dan pengusaha.
Alih-alih menaikkan TDL, Maruarar mengusulkan pemerintah bekerjasama dengan DPR untuk mencari solusi alternatif menghadapi ketatnya anggaran.Pemerintah bisa mencari solusi lain dengan menaikkan target produksi (ifting) minyak dan kualitasnya serta meningkatkan tax ratio.
Melchias mengaku akan menjegal rencana kenaikan TDL ini saat pembahasan di Badan Anggaran DPR. "Penolakan bisa di Panitia Kerja," kata Melchias.
VIVAnews - Ketua Forum Masyarakat Pemantau Parlemen Indonesia (Formappi) Sebastian Salang menilai kondisi Komisi II yang membidangi bidang pemerintahan sangat memprihatinkan. Kondisi ini membuat politisi dari dua partai yakni Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Golkar akan sangat dominan.
Politisi-politisi dari partai lain, dinilai Sebastian, minim jam terbang. Dia pun pesimistis akan tercipta revisi Undang-undang Pemilu yang demokratis dan semakin baik. Hal ini disampaikan Sebastian Salang dalam diskusi di Doekoen Coffee Jakarta, Sabtu, 17 Juli 2010.
"Kalau kita cermati di Komisi II, kita prihatin karena jarang perdebatan ideologis. Hanya beberapa yang punya jam terbang cukup baik," kata dia.
Perdebatan pun didominasi fraksi PDI Perjuangan dan Golkar. "Mereka memiliki jam terbang yang tinggi, sehingga rumusan UU politik yang baru akan sangat dipengaruhi oleh mereka berdua," ucap Sebastian.
Sebastian kemudian menyatakan hingga saat ini Indonesia belum mempunyai desain sistem politik yang permanen. Dengan demikian, tidak pernah tercipta kehidupan demokrasi yang semakin baik, efektif, dan efisien.
"Setiap mau Pemilu, Undang-undang Pemilu diubah. Seolah-olah negara dalam keadaan darurat. Kita tidak pernah merasa berada dalam fase kepastian," ujar Sebastian.
Bahkan Sebastian pesimistis sistem demokrasi yang baik tercipta, karena partai politik hanya mengutamakan kepentingan masing-masing. "Jangan-jangan sengaja dibuat seperti ini. Bebas memanfaatkan sistem politik untuk kepentingan mereka," kata Sebastian.